Sab. Des 21st, 2024

stihbiak.ac.id – Potret Pendidikan Papua berwarna-warni. Dengan bentangan geografi dari Sorong ke Merauke, dari Kaimana ke Biak, menyisakan pelbagai catatan. Termasuk diantaranya SDM perguruan tinggi yang belum memadai.

Belum lagi, soal akreditasi. Dimana jikalau Lembaga Akreditasi Mandiri sepenuhnya berlaku, maka bayaran untuk pelaksanaan akreditasi ditanggung perguruan tinggi.

Berarti ini juga ditanggung masyarakat. Dimana sebelumnya, seluruh pembiayaan akreditasi dicover oleh BAN-PT melalui alokasi APBN. Ketika akreditasi ditanggung sepenuhnya negara, masih saja ada satu atau beberapa program studi yang tidak terakreditasi.

Apatah lagi, kalau itu ditanggung perguruan tinggi. Akan menjadi sebuah kekhawatiran tersendiri. Sementara ini, tidak satupun perguruan tinggi di Tanah Papua dengan akreditasi A untuk AIPT.

Dalam tiga bulan terakhir, saya berkunjung ke tiga wilayah berbeda. Oktober di Wamena, November di Merauke, dan Desember di Biak.

Masing-masing wilayah memiliki problematikanya sendiri. Namun, satu hal yang menguatkan mereka semua bahwa hanya dengan keberadaan perguruan tinggi di daerah menjadi kesempatan setiap orang untuk memegang capaian pendidikan, minimal sarjana.

Sementara di Biak, dua perguruan tinggi swasta sudah mengelola magister. satu diantaranya, STIH Biak. Bahkan semester sekarang ini, sudah memasuki seminar proposal tesis.

Pendidikan tinggi swasta menopang wilayah Teluk Cendrawasih. Tidak ada satupun perguruan tinggi negeri. Sementara di wilayah Sorong, justru ada tiga politeknik yang diselenggaran kementerian. Akan bertambah satu lagi, kalau Kementerian Pariwisata memastikan membangun politeknik pariwisata.

Keberadaan STIH Biak yang berdiri sejak 2004 dan menerima SK dari Kementerian Pendidikan Nasional untuk operasional pendidikan strata satu dengan menghasilkan Sarjana Hukum (SH) menjadi sebuah obor.

Dengan STIH ini menjadi kesempatan emas, dalam memberikan pendidikan formal. Bahkan sudah terakreditasi B. Namun, seiring dengan perubahan kriteria dan juga adanya syarat perlu, ini akan menjadi kendala tersendiri dalam mempertahankan status B.

Olehnya, perlu pendampingan dan juga pemberian insentif. Jikalau ini tidak dilakukan jangan sampai akreditasi B, justru tidak lagi menjadi Baik Sekali, padahal kalau Baik itu senyatanya adalah C.

Dalam beberapa kasus di perguruan tinggi Papua, dari B menjadi Baik. Ini sebuah fenomena yang kemudian perlu segera mendapatkan penangan sehingga tidak lagi terjadi para perguruan tinggi lain. Pada kesempatan yang lain, ada kondisi dimana akses internet bermasalah.

Hanya saja, sebuah “intervensi” dilakukan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi, dimana memberikan bantuan v-sat dan juga tab kepada perguruan tinggi terpilih.

Mengakhiri catatan ini, perguruan tinggi Tanah Papua telah memberikan dukungan bagi penyediaan SDM yang terampil. Olehnya, seiring dengan pemberlakuan otonomi khusus, Bantuan Operasional Perguruan Tinggi (BOPT) perlu dialokasikan dari dana otonomi khusus sehingga dapat menjadi peluang untuk peningkatan kinerja dan juga perbaikan status akreditasi.

sumber : https://medium.com/@iswekke/papua-dan-tantangan-akreditasi-pendidikan-tinggi-stih-biak-dalam-upaya-berbenah-b0df5b73f922